TAICHAN YAKITORI

SATE TAICHAN DAN YAKITORI


Siapa yang belum tahu asal usul dari resep sate taichan? Sebenarnya asal usul sate taichan belum dikonfirmasi berasal dari mana. Namun menurut beberapa informasi, sate taichan berawal dari sepasang muda-mudi Indonesia-Jepang yang membeli sate disalah satu kedai sate Madura pada kawasan Senayan, Jakarta. Nah, sih pria yang datang dari Jepang tidak terlalu menyukai sate yang disajikan bersama bumbu kacang. Dengan inisiatif sendiri ia mulai membakar sate sendiri dan hanya memberi jeruk nipis dan garam saja, setelah matang si pria menambahkan sambal sebagai pengganti bumbu kacang.

Pedagang sate pun penasaran dan bertanya apa nama sate yang ia sajikan sendiri, si pria mengatakan bahwa itu “sate taichan”. Nah, itulah awal mula berasalnya makanan sate taichan di Indonesia. Wah, menarik sekali ya teman-teman. Sate taichan mulai berkembang pada tahun 2016 hingga saat ini, dan mulai berkembang keseluruh Indonesia.

Yakitori merupakan sate khas dari Jepang yang umumnya menggunakan daging ayam. Potongan daging ayam yang dipotong kecil untuk ukuran sekali gigit, ditusuk dengan tusukan bambu, lalu dibakar dengan api arang atau gas. Sate Jepang ini tidak hanya menggunakan daging ayam, ada salmon, aneka seafood hingga daging wagyu yang istimewa.

Nah disini aku akan memberitahu tempat sate taichan dan yakitori  terenak di wilayah Jakarta. Yaitu di Jln. Ongki Raya, Pluit Jakarta Utara


Nah disini ada beberapa menu yaitu : 

  • Taichan Daging
  • Taichan Kulit
  • Taichan Telur gulung
  • Mo mo
  • Negima
  • Kawa
  • Kawa Goreng
  • Yakisoba Gaga
  • Tsukune
  • Yakiniku
  • Beef Enoki

Disana mereka menjual dengan harga yang worth it dengan rasanya. Tersedia di grabfood maupun gojek. 



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOCIAL NETWORK ANALYSIS

Gambar
 Haiii, Its mee again Maura aku bakal kembali lagi untuk ngejelasin tentang SNA. Social Network Analysis Secara singkat, SNA dapat dipahami sebagai gambaran sebuah interaksi dan hubungan yang selalu terjadi antara seseorang dengan orang lain dalam suatu lingkup organisasi atau lingkungan kerja atau bisnis bersama. Bentuk interaksi ini bisa berbeda-beda, ter gantung pada sudut pandang orang dan hasil yang ingin dicapai. Misalnya SNA yang diterapkan di lingkungan kampus tentu sangat berbeda dengan SNA di lingkungan kerja. Berbagai jenis SNA dapat diperoleh dari satu objek Misalnya, SNA yang dihasilkan dari kegiatan bergosip atau berbagi sangat berbeda dengan SNA yang dialami di kantor atau tempat kerja. Terjadinya perbedaan itu ditelaah melalui sistem belajar social network analysis yang memiliki alasan khusus, yaitu pilihan seseorang atau manusia ketika sedang melakukan interaksi, D
Baca selengkapnya
Gambar
Second Media Age (Era Media Kedua): Media Digital dan Sosial : Era Media Kedua didorong oleh media digital dan sosial, termasuk internet, platform media sosial, dan perangkat pintar. Berdualisme : Komunikasi dalam era ini bersifat dualisme, di mana individu dapat menjadi penerima dan pengirim informasi, sehingga terjadi interaksi dua arah. Akses Terbuka : Akses ke informasi dan konten menjadi lebih terbuka dan demokratis, dengan banyak individu yang dapat berpartisipasi dalam publikasi informasi. Interaktivitas Tinggi : Era Media Kedua memungkinkan interaksi yang tinggi antara pengguna, baik melalui komentar, berbagi, atau respons langsung. Konten yang Disesuaikan : Konten dalam era ini lebih disesuaikan dengan preferensi individu, dan algoritma digunakan untuk memberikan konten yang lebih relevan. Peningkatan Diversitas Konten : Era Media Kedua menyaksikan peningkatan diversitas konten, dengan banyak suara dan perspektif yang diberdayakan.  
Baca selengkapnya
Gambar
Oktober 10, 2023 TEORI JARINGAN KOMUNIKASI SNA 2 ]First Media Age (Era Media Pertama): Media Konvensional : Era Media Pertama ditandai oleh media konvensional seperti surat kabar, majalah, radio, dan televisi tradisional. Unidireksional : Komunikasi dalam media pertama bersifat unidireksional, artinya informasi disampaikan dari pemancar ke penerima tanpa banyak partisipasi atau umpan balik dari penonton atau pembaca. Terbatasnya Akses : Akses media dalam era ini sering dibatasi, dan hanya sedikit pihak yang memiliki kendali penuh atas apa yang disiarkan. Keterbatasan Interaktivitas : Interaktivitas dengan media konvensional terbatas, dan umpan balik dari penonton atau pembaca cenderung terbatas pada surat pembaca atau polling. Ketidakberagaman Konten : Konten media pertama cenderung kurang beragam dan kurang dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu.  
Baca selengkapnya